Rabu, 08 Oktober 2014

SUNAT HATI



MAKNA SUNAT DALAM PERSPEKTIF ALKITAB
DAN RELEVANSINYA DALAM KEHIDUPAN
ORANG PERCAYA MASA KINI

PENDAHULUAN
Sebagian besar manusia pasti sudah mengenal istilah sunat, baik yang beragama Kristen maupun non-Kristen. Sunat menandai gerakan yang penuh kasih karunia dari Allah menuju manusia.4 Kejadian 17 merupakan pedoman awal dalam Alkitab yang menceritakan asal mula sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham.5  Sunat bagi Israel adalah wujud dari tanda rohani sebagai umat pilihan, kemudian menjadi identitas kebangsaan. Sunat menjelmakan, menerapkan janji, dan menghimbau orang untuk hidup dalam ketaatan sesuai perjanjian.6 Perjalanan sejarah Israel sebagian mereka memiliki pemahaman, bahwa sunat yang dilakukan oleh tangan manusia mampu menempatkan seseorang dalam hubungan yang benar dengan Allah.7 Oleh sebab itu sunat Israel yang dilakukan secara lahiriah ini dipahami sebagian orang sebagai sarana keselamatan dan sesuatu yang harus tetap dilakukan. Hal ini juga terdapat pada beberapa orang Kristen Yahudi di Galatia yang mengharuskan orang-orang yang bukan Yahudi untuk bersunat. Dengan keras Rasul Paulus menentangnya, “Jikalau kamu menyunatkan dirimu (sunat fisik), Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu” Gal. 5:2).8 Demikianlah ditegaskan bahwa sunat fisik tidak memiliki peran dalam memperoleh keselamatan, sehingga dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui makna sunat yang dipaparkan dalam pandangan Alkitab secara keseluruhan, sehingga dapat memberikan pengertian dengan benar terkait persoalan sunat bagi orang percaya.
Metode yang dipakai adalah metode kajian deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan dan mengkaji serta menelaah peristiwa-peristiwa yang aktual terjadi masa kini, dilakukan secara sistematik dan lebih menekankan pada fakta yang konkret dan faktual. Teknik penjaringan data berdasarkan analisis buku-buku kepustakaan. Kepustakaan yang dipergunakan ada dua sumber yaitu: sumber primer (utama) dan sumber sekunder. Sumber primer yang dipakai dalam skripsi  ini adalah Alkitab yang menjadi tolok ukur untuk mengkaji setiap pengajaran dan memperjelas pandangan dengan benar. Sumber sekunder, yaitu buku-buku teologi dan jurnal teologi yang berkaitan dengan sunat.

 PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sunat dalam Perjanjian Lama merupakan tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya (Kej. 17:10). Bagi orang Yahudi sunat merupakan cara yang bernilai sangat tinggi, ketika seorang anak laki-laki dikukuhkan ke dalam perjanjian Abraham, dengan umur delapan hari setelah kelahiran (Im.12:3).9 Perjanjian sunat ini menjadi pegangan Abraham dan generasi berikutnya dalam menyatakan ketaatan mereka kepada Allah. Namun telah disebutkan bagian sebelumnya bahwa dalam perjalanan sejarah Israel sebagian mereka memiliki pemahaman, bahwa sunat yang dilakukan oleh tangan manusia mampu menempatkan seseorang dalam hubungan yang benar dengan Allah.  Dengan demikian orang-orang Yahudi mengutamakan sunat secara fisik sehingga mereka kemudian mengabaikan hal yang rohani. Namun dalam Perjanjian Baru, Rasul  Paulus menegaskan bahwa yang terpenting adalah sunat yang dikerjakan oleh Allah dalam Kristus yang memberikan pembenaran dan keselamatan kekal bukan pada perlakuan manusia (secara lahiriah) melainkan karena kasih karunia Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Demikianlah orang percaya diselamatkan hanya karena kasih karunia Allah bukan karena menjalankan hukum Taurat (Ef. 2:8-9).
Dalam Alkitab dinyatakan bahwa “Kristus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi menggenapinya” (Mat.5:17-18). Maksud Kristus ialah agar tuntutan rohani hukum Allah dapat dilaksanakan di dalam kehidupan para pengikut-Nya (Rm. 3:31; 8:4). Artinya, Kristus tidak menghancurkan ketetapan yang datang dari Allah tetapi menggenapinya.11 Dengan demikian orang peraya memiliki hubungan dengan hukum Allah, meliputi hal-hal yang perlu ditaati atas prinsip-prinsip etis dan moral di Perjanjian Lama (Mat. 7:12; 22:36-40; Rm. 3:31; Gal. 5:14), dan ajaran Kristus serta para rasul di Perjanjian Baru (Mat. 28:20; 1Kor 7:19; 9:21; Gal. 6:2). Hukum-hukum ini menyatakan tabiat dan kehendak Allah bagi semua orang dan masih berlaku hingga saat ini. Hukum Perjanjian Lama yang langsung menyangkut bangsa Israel, seperti di bidang persembahan kurban, upacara agama, hubungan sosial dan sipil, kini tidak mengikat lagi (Ibr. 10:1-4; Im. 1:2-3; 24:10). Orang percaya tidak boleh memandang hukum Taurat sebagai suatu sistem perintah resmi yang perlu ditaati agar memperoleh pengampunan atau keselamatan (Gal. 2:16,19). Sebaliknya, hukum Taurat hendaknya dilihat sebagai panduan moral bagi orang percaya yang sudah diselamatkan dan yang dengan menaatinya menunjukkan kehidupan Kristus yang ada di dalam diri orang-orang percaya (Rm. 6:15-22).
Penggenapan akan janji Allah dalam Kristus dan iman orang percaya kepada-Nya mengubah simbolisme tentang sunat yang merupakan suatu ritual lahiriah menjadi tanda utama seorang pemelihara perjanjian dalam ketaatan akan Hukum Kristus. Iman  kepada Kristus merupakan titik tolak untuk menggenapi hukum Taurat. Melalui iman kepada Kristus, Allah menjadi Bapa pribadi orang percaya (Yoh 1:12). Oleh karena itu, ketaatan sebagai orang percaya bukan sekedar ketaatan kepada Allah sebagai pemberi hukum yang berdaulat, namun lebih selaku anak kepada Bapanya (Gal 4:6). Demikianlah, ketaatan yang dikerjakan terhadap hukum Allah harus disertai perubahan dalam hati pribadi orang percaya dalam karya Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus (Mat. 5:21-28). Sunat merupakan tanda pada diri seseorang yang percaya akan Kristus bukan terletak pada pengirisan daging, melainkan pada penanggalan dari cara hidup yang melawan kehendak Allah.
Tuhan Yesus menekankan dimensi spiritual dari “sunat” seperti yang sebelumnya telah diajarkan kepada orang Israel, bahwa yang terlebih utama adalah sunat hati atau rohani (Ul 10:16, 30:6; Yer 4:4, 9:25-26). Telah dipaparkan sebelumnya bahwa yang terpenting bukan sunat secara lahiriah melainkan sunat Kristus yaitu hidup yang telah dilepaskan dari kuasa dosa dan hati yang baru serta ketaatan akan hukum Kristus. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa yang terpenting bukan apa yang terlihat dari luar, tetapi yang ada di dalam hati, bukan menerapkan hukum supaya terlihat baik dari luar, namun agar orang percaya melakukan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan (Mat. 23:5, 23).
Paulus tegas menyatakan bahwa dalam Kristus orang percaya telah disunat, yaitu dengan penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia orang percaya dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia orang percaya turut dibangkitkan juga oleh kepercayaan kepada kerja kuasa Allah, yaitu Allah yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati (Rm. 6:5; Kol. 2:11-12). Demikianlah sunat yang dimaksudkan Rasul Paulus dalam Perjanjian Baru adalah sunat hati, yaitu pengampunan dosa yang dilaksanakan dengan penumpahan darah oleh Kristus. Hati yang sudah disunat yaitu hati yang baru, memungkinkan orang percaya hidup sesuai dengan kehendak dan hukum-hukum Kristus yaitu senantiasa hidup memuliakan Allah. Dengan demikian sunat hati (rohani) sangat relevan bagi orang percaya masa kini.
Paulus menggambarkan pekerjaan Yesus Kristus sebagai “pelayanan pendamaian” (2 Kor. 5:18), dan Injil-Nya sebagai “berita pendamaian” (2 Kor. 5:19). Semua ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan orang percaya dengan diri-Nya, apa yang telah dikerjakan Yesus sebagai manusia dalam kematian-Nya di kayu salib, bersumber dari pikiran dan hati Tuhan yang kekal.12 Karya penyelamatan  dan pendamaian yang dikerjakan oleh Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib menjadikan orang percaya beriman kepada Kristus, maka manusia dapat percaya akan kasih karunia Allah (Rm. 5:21), karena Roh Kudus yang mendiami pribadi orang yang percaya (Rm. 8:13; Gal. 3:5,14), sehingga memiliki dorongan batiniah dan kuasa untuk menaati hukum Allah (Rm. 16:25-26; Ibr. 10:16). Orang percaya menggenapi hukum Allah dengan hidup percaya kepada Kristus dan sesuai pimpinan Roh Kudus (Rm. 8:4-14). Roh Kudus membantu pribadi seseorang yang telah percaya untuk mampu mematikan perbuatan daging dan menggenapi kehendak Allah dan menjadi hidup baru (Rm. 8:13).
Para Rasul mengajar berdasarkan pengajaran Tuhan Yesus sendiri, bahwa yang terpenting adalah sunat rohani, dan bukanlah sunat fisik. Akibat dari sunat rohani, yaitu akibat dari iman akan Yesus Kristus, seseorang diselamatkan bukan karena memenuhi hukum sunat lahiriah menurut hukum Taurat, tetapi oleh iman kepada Kristus. Rasul Paulus mengajarkan, bahwa “tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Tuhan Yesus Kristus” (Gal 2:16).
Perintah yang menuntut ketaatan penuh kepada Allah dimulai dengan pelaksanaan hukum  bagi Israel (Ul. 12-22). Kasih akan Allah adalah titik pusat jawaban Israel terhadap Allah. Jawaban Israel ialah menepati upacara-upacara yang mereka terima dari nenek moyang mereka, antara lain upacara sunat.  Pelaksanaan sunat yang dilakukan oleh umat Israel masa Perjanjian Lama menyatakan akan ketaatan mereka kepada Allah sebagai umat pilihan.  Penyunatan itu menyatakan tanda umat Israel menjadi anggota sebagai jemaat, yaitu suatu syarat mutlak untuk keanggotaan di dalam jemaat Yahudi. Sunat bagi umat pilihan masa Perjanjian Lama “mengikat” mereka untuk hidup taat. Adapun penerapan akan makna sunat dalam Perjanjian Lama yaitu dengan mentaati suara Tuhan dan melakukan perintah-perintah Allah dalam situasi yang dialami pada zaman itu. Perintah untuk hidup taat selalu diberitakan sepanjang Alkitab.
Menurut Alkitab, Allah menuntut, bahwa wahyu-Nya diindahkan sebagai aturan untuk hidup manusia seutuhnya. Ketaatan kepada Allah mencakup keseluruhan agama secara Alkitabiah dan moralitas. Alkitab menekankan dengan sangat jelas, bahwa perbuatan luar untuk menghormati Allah sekali-kali tidak mengimbangi kepatuhan dalam hati yang menghasilkan kelakuan ketaatan kepada Allah (1 Sam. 15:22; Yer. 7:22). Demikianlah kepatuhan dari dalam hati dan kelakuan ketaatan kepada Allah membuahkan keadilan dan kebenaran yang mutlak.13 Keadilan dan kebenaran merupakan buah keselamatan, terkait langsung dengan dampak kehadiran kerajaan Allah, hal-hal itu tidak dapat dipisahkan. Kesadaran tentang ketaatan lahiriah melalui tindakan sunat tidak menyatakan ketaatan dalam hati, sehingga “tidak bersunat hati" akan menyebabkan hilangnya berkat perjanjian yang terdapat dalam pesan kitab Pentateukh (Ul. 10:16; Im. 26:41).
Dalam Perjanjian Baru ditegaskan bahwa tanpa ketaatan, sunat adalah omong kosong (Rm. 2:25-29). Tanda lahiriah pudar tanpa arti jika dibandingkan dengan mentaati perintah-perintah Allah (1 Kor. 7:18-19) dan orang-orang yang ada di dalam Kristus, bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai arti apapun, hanya iman yang bekerja oleh kasih (Gal. 5:6), sehingga menjadi ciptaan baru (Gal. 6:15). Sejauh tanda lahiriah itu mengungkapkan keselamatan karena perbuatan-perbuatan hukum, orang Kristen harus menghindarinya (Gal. 5:2), namun dalam arti batiniah orang Kristen memerlukannya, karena yang terpenting adalah hati yang baru dalam Kristus sehingga memiliki kelemahlembutan dan belas kasihan dalam hidup berkomunitas (Kol. 2:13; Yes. 52:1).  Setelah dibebaskan dari kuasa dosa kini orang percaya menjadi hamba kepada Allah (Rm. 6:18-22), orang percaya mengikuti prinsip "iman" dengan hidup "di bawah hukum Kristus" (1Kor. 9:21). Dengan demikian, orang percaya menggenapi hukum Kristus (Gal. 6:2) dan dengan sendirinya setia kepada tuntutan hukum Taurat. Kesetiaan ini bukan untuk keselamatan melainkan sebagai dampak dari hidup yang telah diselamatkan (Rm. 7:4; 8:4; Gal. 3:19; 5:16-25). Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa melakukan kehendak Bapa-Nya di Sorga akan tetap merupakan suatu syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga (Mat. 7:21).
Paulus sangat menekankan bahwa Kristus memerdekakan orang percaya dari kuasa dosa (Rm. 6:18-23). Kemerdekaan dalam Kristus meliputi: kemerdekaan dari hukum Taurat (Gal. 5:1; Rm. 6:14; 7:5-13; 8:2; 1 Kor. 15:56), kemerdekaan dari kuasa kegelapan (Kol.1:13) dan kemerdekaan dari kepercayaan akan tahyul atau pada ilah-ilah dunia (1 Kor. 10:29; Gal. 4:8). Terhadap semuanya ini Paulus menegaskan, kemerdekaan dari ikatan kuasa dosa yang telah berakar dalam diri manusia (Rm. 7:14,23) dan dari kerusakan jasmani, serta kematian, pasti akan diberikan dan ditambahkan serta diperoleh pada waktunya (Rm. 8:18-21).  Kemerdekaan dalam Kristus, yang oleh kematian-Nya telah membayar lunas dan memberi pembebasan pada umat-Nya dari perhambaan kuasa dosa (1 Kor. 6:20; 7:22). Kemerdekaan dari hukum, kemerdekaan dari dosa, dan dari kematian disampaikan kepada orang percaya, oleh Roh yang mempersatukan dengan Kristus melalui iman (Rm. 8:2; 2 Kor. 8:17). Kemerdekaan oleh Kristus membawa pengangkatan orang-orang percaya menjadi anak-anak Allah dan menerima Roh Kudus yang memberikan jaminan bahwa orang percaya adalah sungguh-sungguh anak Allah dan pewaris dalam kerajaan Allah (Gal. 4:6; Rm. 8:5).
Rasul Paulus tidak terpaku kepada peraturan dan hukum keagamaan yang berlaku, melainkan kepada kasih karunia keselamatan di dalam Kristus. Pengorbanan Kristus di kayu salib telah sempurna dan tidak perlu ada peraturan atau ritual apapun untuk membawa kepada kasih karunia Allah, melainkan kepada penerimaan akan Kristus dan menjadi milik Kristus, serta hidup di dalam Kristus, itulah yang membawa kepada keselamatan dan hidup dalam kasih karunia yaitu keselamatan kekal yang hanya di dalam Allah. Demikianlah, kehidupan orang percaya berada di bawah Perjanjian Baru dalam Yesus Kristus dan pengandalan akan otoritas Kristus menunjukkan bahwa nyata sunat yang sejati adalah ketika hati telah mengalami pembaharuan yaitu jiwa manusia bangkit bersama Kristus dalam baptisan Roh Kudus, bukan bagian tubuhnya yang dipenggal, melainkan seluruh dirinya yang berdosa yang dihancurkan dan ia dipenuhi oleh suatu hidup yang baru dan kesucian Allah.

KESIMPULAN
Hasil kajian ini memproklamasikan bahwa: Pertama, sunat memperlihatkan betapa pentingnya hidup yang taat dan mau mendengar akan perintah Allah dengan benar. Kedua, sunat menyatakan akan kasih karunia Allah yang kekal. Oleh sebab itu sunat orang percaya adalah sunat yang dikerjakan oleh Allah dalam Kristus Yesus yang memampukan untuk menanggalkan manusia duniawi yaitu tubuh yang berdosa menjadi manusia yang lahir baru sehingga hidup dalam kehendak dan rencana Allah serta hidup dalam kasih karunia yang menyelamatkan. Ketiga, bagi orang percaya masa kini sunat lahiriah tidak relevan untuk dilakukan jika dipahami sebagai sarana keselamatan atau disamakan dengan kasih karunia keselamatan yang Allah berikan dalam Yesus Kristus. Sunat yang dimiliki oleh orang percaya adalah sunat Kristus yaitu sunat yang mengubah kehidupan menjadi merdeka dari belenggu dosa yang membinasakan. Keempat, sunat hati yang dikerjakan oleh Allah dalam Tuhan Yesus sangat relevan dan harus diterapkan serta dimiliki oleh orang percaya sepanjang zaman.

DAFTAR PUSTAKA 
   
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia,2009.

Hendry, Matthew. Tafsiran Injil Matius 1-14. Surabaya: Momentum, 2007.

Motyer, J. A. “Sunat”, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011.

Packer, J. I. “Taat, Menaati”, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011.

Soedarmo, R. Kamus Istilah Teologi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2002.

Stott, John R.W. Kedaulatan dan Karya Kristus. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1991), 76.

 “Sunat dalam Pandangan Kristiani Galatia 5:1-12”. (April 2008), www. Blog Suara Injili. Com. diunduh 16 September 2013.





[1] Alumnus PS Teologi STT SAPPI, 2 dan 3 Dosen PS Teologi STT SAPPI Ciranjang, Cianjur, Indonesia, e-mail: sttsappi@gmail.com

4 J. A Motyer, “Sunat”, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 426.
5 R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2002), 90.
6 “Sunat dalam Pandangan Kristiani Galatia 5:1-12” (April 2008), www. Blog Suara Injili. Com (diunduh 16 September 2013).
7 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 211.
8 Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia,2009), 437.
9 W. R. F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2012), 424.
11 Matthew Hendry, Tafsiran Injil Matius 1-14 ( Surabaya: Momentum, 2007), 181.
12   John R.W. Stott, Kedaulatan dan Karya Kristus (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1991), 76.
13 J. I Packer, “ Taat, Menaati”, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 433.

MISI HOLISTIK



MISI HOLISTIK DALAM SEBUTAN ALAH TALA SUKU MELAYU DAYAK ENSILAT KALIMANTAN BARAT


PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pergerakan misi merupakan pergerakan yang sungguh diperlukan dalam pelayanan masa kini. Jangkauan akan pergerakan penginjilan dimulai dengan efektifnya relasi yang dibangun dalam interaksi sosial melalui kegiatan yang ada pada masyarakat. Kegiatan yang dibangun dalam interaksi sosial merupakan jembatan pelayanan yang sangat baik untuk memberitakan Injil secara Holistik. Dalam melihat kebiasaan masyarakat Dayak Ensilat dalam kegiatan ladang berpintah merupakan celah yang baik untuk dapat melihat peluang relasi dalam memperkenalkan akan Injil secara utuh.
Kebiasaan dayak ensilat pada umumnya pada pola hidup gotong royong dan kekeluargaan. Dengan adanya budaya ini maka kegiatan masyarakat pada umumnya dilakukan secara bersama-sama, khususnya pada kegiatan ladang berpindah. Mulai dari langkah awal penyiangan lahan sampai pada pemanenan dikerjakan secara bersama dalam kelompok atau komunitas yang ada. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menjalin relasi secara holistik. Interaksi sosial dalam waktu kebersamaan  ini berlangsung sepanjang hari, dengan demikian penulis tertarik melihat peluang ini untuk dapat dimanfaatkan untuk memberitakan Injil sejalan dengan kegiatan dan komunikasi dalam pelaksanaan pengolahan ladang berpindah.

B.  Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang menjadi tinjauan umum dari Pergerakan Misi Holistik?
2.      Bagaimanakah misi Holistik berjalan dalam komponen kronologi Ladang Berpindah?
3.      Seperti apakah Relevansi Misi Holistik dalam Budaya Ladang Berpindah bagi pekabaran Injil masa kini?                                                            
C.  Tujuan Penulisan
Dengan adanya rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Menjelaskan Tinjauan Umum dari pergerakan Misi Holistik.
2.      Menjelaskan jalannya misi Holistik dalam komponen kronlogi ladang berpindah.
3.      Menjelaskan relevansi misi holistik dalam budaya ladang berpindah bagi pekabaran Injil masa Kini.

TINJAUAN UMUM PERGERAKAN MISI HOLISSTIK

A.  Pengertian
Misi holistik merupakan pelayanan yang dilakukan secara utuh yang memperhatikan kebutuhan manusia seutuhnya : Jiwa dan raga.[1] Pada kenyataan pelayanan yang sangat menjadi hal yang prioritas adalah melihat pelayanan diberbagai bidang. Disamping penginjilan dan pelayanan rohani, dilaksanakan juga pelayanan sosial, pendidikan, makanan, medis, ekologis, dan hal yang lain dalam nama Kristus yang mengasihi dan memperdulikan semua manusia seutuhnya.
Misi berasal dari bahasa Latin mitto yang merupakan terjemahan dari kata Yunani apostello, artinya “mengutus”. Secara umum kata misi bisa merujuk pada pengutusan seseorang dengan tujuan khusus, misalnya misi kesenian, misi budaya, dan lain-lain.[2] Dalam diktat perkuliahan Misi Holistik dikatakan “Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengutusan gereja universal ke dalam dunia untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, khususnya melalui sekelompok pekerja yang disebut misionaris.
Teologi misi adalah suatu disiplin Ilmu yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul ketika orang beriman berusaha memahami dan memenuhi maksud Allah didunia, sebagaimana hal yang itu dinyatkan dalam pelayanan Yesus Kristus.[3] dari pernyataan diatas maka teologi misi merupakan suatu refleksi kritis tentang sikap dan tindakan yang dipakai orang-orang Kristen dalam menjalankan mandat misioner. Tugas itu adalah mengesahkan, mengoreksi, dan menegaskan seluruh praktik misi berdasarkan landasan yang lebih baik.
Jadi, Pelayanan Holistik artinya pelayanan yang dilakukan secara utuh melihat kebutuhan yakni melaksanakan pemberitaan Injil yang dapat menjawab kebutuhan manusia secara jasmani dan rohani.
B.  Pandangan Alkitab
1.      Pandangan PL
Kata “beranakcuculah dan bertambah banyak” dalam Kejadian 1:28,   memiliki suatu pesan yang sangat penting bagi manusia. Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan sebagaimana dalam bagian ini ditugaskan supaya bertambah banyak sehingga dapat menguasai bumi dan seluruh isinya. Sebagaimana tujuan manusia yang dipesankan dalam bagian ini supaya mereka dapat membentuk hubungan keluarga yang harmonis. Maksud Allah dalam ciptaan ini dapat juga dikatakan menunjuk pada keluarga yang taat dan patuh terhadap apa yang Allah perintahkan untuk dapat menciptakan keluarga yang damai itu merupakan hal yang sangat dirindukan oleh Allah.
Pergerakan akan misi Allah telah dimulai sejak PLBeberapa contoh tokoh dalam Perjanjian Lama yang melakukan pelayanan yang holistik dikemukakan dibawah ini adalah Yusuf, Musa dan para nabi[4]
a.      Yusuf
Yusuf adalah contoh seorang pemimpin yang adil dan bijaksana, ia mengatur kelangsungan hidup dengan berintegritas, Yusuf merencanakan masa depan dengan keobyektifan yang bijaksana. Tentunya semua itu dapat ia lakukan karena campur tangan Allah dan karena dia berserah hanya kepada Allah, karena itu Allah mengarahkan jalan peristiwa kehidupannya sehingga janji Allah terpenuhi.[5] Adapun pelayanan yang Yusuf lakukan adalah :[6]
1.      Yusuf dapat mengatasi kelaparan, dan dengan demikian ia telah menyelamatkan negeri Mesir, bangsa lain dan keluarganya dari bahaya mati kelaparan. (Kej. 4713-26)
2.      Ia juga telah memelihara hidup para iman (Kej 47:22)
3.      Melalui kehidupannya ia telah menjadi berkat bagi orang Mesir juga bagi keluarganya.
4.      Yusuf dengan bijaksana dapat mengelola bahan makanan selama tujuh tahun masa kelimpahan dan ia dengan bijaksana juga membagikan bahan makanan kepada bangsa Mesir dan keluarganya pada tujuh tahun masa kelaparan
b.      Musa
Musa dipanggil Allah ketika sedang mengiring domba-domba digunung Horep. Sebenarnya Musa menolak karena tugas yang iberikan itu tidaklah mudah, alasan yang dia berikan adalah bahwa dia tidak pandai berbicara (Kel 4:10). Namun Tuhan tetap memilih dia sebagai alat untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Tuhan juga memilih Harun, kakaknya karena dia pandai berbicara, jadi Harun menjadi penyambung lidah Musa (Kel. 4:14-17). Musa bukan hanya memberitakan Firman Allah tetapi iapun melakukan dan melayani bangsa Israel seutuhnya. Meskipun bangsa Israel sering bersungut-sungut dan mengeluh juga marah pada Musa karena mereka haus dan lapar saat melakukan perjalanan ke Tanah Perjanjian, Musa tetap melayani mereka sehingga mereka dapat minum (kel 15:22-27; 17:1-7) dan makan sampai kenyang bahkan sampai muntah-muntah selama ada di padang gurun (kel 16:1-36). Melalui Musa, Tuhan menyatakan kuasa- Nya sehingga bangsa Israel menyembah dan percaya pada Tuhan dan juga percaya pada Musa. Musa bukan hanya memenuhi kebutuhan rohani mereka saja tetapi ia juga memenuhi kebutuhan jasmani.
Dari uraian diatas dapatlah penulis menyimpulkan bahwa Musa telah melakukan pelayanan secara holistik. Adapun pelayanan yang Musa lakukan untuk bangsa Israel adalah :
1.      Musa membina, membimbing dan mengajar bangsa Israel menjadi suatu umat yang mengabdi kepada Allah. (Ul. 6:7)
2.      Tuhan memakai Musa untuk melakukan mujizat-mujizat agar bangsa Israel melihat sendiri kekuasaan Allah. (Kel. 14:21-22)
3.      Saat bangsa Israel bersungut-sungut karena kehausan dan kelaparan maka Musa memenuhi kebutuhan mereka melalui mujizat-mujizat yang Tuhan adakan. (Kel. 17:1-6)
4.      Musa menyampaikan setiap Firman Tuhan yang Tuhan katakan kepadanya bagi bangsa Israel. (Kel. 20:1-17)
5.      Musa membagi-bagi tugas kepada orang-orang yang cakap, takut akan Tuhan, dapat dipercaya dan yang benci terhadap pengejaran suap, untuk ditempatkan diantara bangsa Israel. Mereka menjadi pemimpin seribu orang, seratus orang dan sepuluh orang. Mereka ditugaskan untuk mengadili diantara bangsa itu sewaktu-waktu, sedagkan perkara-perkara yang sukar dihadapkan kepada Musa Kel 18:13-27)

c.       Para nabi

Para nabi di jaman Perjanjian Lama banyak menghadapi masalah penindasan kepada orang miskin yang seringkali justru meniadakan shalom sebagai wujud dari kesejahteraan yang utuh. Mulai dari Raja Daud yang merampas hak Uria atas istrinya Batsyeba, sampai pemerintahan raja-raja berikutnya baik di Israel maupun Yehuda. Menghadapi masalah itu mereka berkata dengan jelas, terus terang dan dengan cara-cara khusus untuk mengingatkan orang bahwa penindasan kepada orang lain adalah dosa kepada Allah dan mereka yang melakukannya akan dihukum oleh Allah kecuali mereka menyesali perbuatan mereka dan mengganti rugi kepada mereka yang menderita karena penindasan itu. Pelayanan Holistik ang para nabi lakukan adalah:
1.      Mereka mengingatkan orang tentang perintah Allah untuk menolong orang miskin dan bukan menindas mereka (Zakaria 7:8-10).
2.      Mereka menunjuk perbuatan yang salah dan menyatakan bahwa bila orang-orang itu tidak mau berubah, maka seluruh rakyat akan menanggung murka Allah (Yeremia 7:1-8; Yeremia 21:11-12 dan Yesaya 58:6-12).
3.      Mereka mencela orang-orang yang berbuat salah walaupun mereka itu pemegang kekuasaan seperti raja dan keluarganya (Yeremia 21:11-14 dan Yehezkiel 22:6-7), tua-tua dan pemimpin (Yesaya 3:14-15), wanita berkedudukantinggi (Amos 4:1-3), pedagang (Amos 8:4-5) dan orang kaya (Amos5:11), bahkan seluruh bangsa (Yesaya 30:12-14 dan Amos 2:6-7)



2.      Pandangan PB
Pada dasarnya pelayanan holistik dalam masa Perjanjian Baru tetap mengacu pada Perjanjian Lama yaitu hadirnya shalom ditengah-tengah masyarakat iasrael. Uamat Israel sangat menanti-nantikan Mesias yang diharapkan oleh mereka dapat memimpin dan melepaskan mereka dari tangan penjajahan bangsa Romawi, sama seperti ketika Musa melepaskan bangsa Israel dari tangan Mesir. Pada situasi yang sangat rumit bagi umat Israael munculah tokoh Yesus yang memberi harapan bagi bangsa Israel. Adapun tokoh Misi Holistik dalam PB Yaitu Yesus yang adalah sentral Misi dan para Rasul.

a.        Yesus

Sentral Pelayanan Kristen yang merupakan kelanjutan pelayanan Yesus mau tidak mau harus merupakan pelayanan yang holistik, karena Yesus telah memberikan teladan itu kepada kita. Bukan hanya pelayanan-Nya saja tetapi Yesuspun adalah teladan manusia yang holistik. Dalam Yohanes 6:1-15, setelah Yesus memberi makan secara rohani kepada orang-orang yang haus akan Firman Tuhan maka Yesus memberikan makanan jasmani berupa roti dan ikan kepada lebih dari lima ribu orang. Yesus Bukan hanya melayani roh manusia, Yesus juga memperhatikan jiwa manusia. Yesus membebaskan dan memulihkan jiwa dari orang gila di Gerasa yang dipengaruhi oleh kuasa setan (Matius 8:28-34; Markus 5:1-18; Lukas 8:26-37).
Yesus membebaskan orang tersebut dari kuasa setan sehingga ia menjadi waras dan dapat memberitakan peristiwa tersebut kepada banyak orang (Lukas 8:39). Yesus membebaskan orang tersebut dari kuasa setan sehingga ia menjadi waras dan dapat memberitakan peristiwa tersebut kepada banyak orang (Lukas 8:39). Rasul-rasul Dalam pekerjaan pelayanannya, rasul-rasul memperlihatkan pelayanan yang holistik. Mereka melakukan pemberitaan Injil (marturia) dengan berani karena mereka dipenuhi oleh Roh Kudus (Kisah 4:31) dan mereka menyembuhkan orang-orang yang sakit danorang-orang yang diganggu roh jahat dan mereka disembuhkan( kisah 5:15-16) .

b.   Para Rasul
Mereka juga bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutan (koinonia) dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah 2:41-42). Bentuk nyata dan tertinggi dari persekutuan mereka adalah ketika mereka yang menjadi percaya menganggap bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Juga ada dari mereka yang selalu menjual harta miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (Kisah 2:44-45; 4:32-37).
Secara khusus para rasul menunjuk tujuh orang yang terkenal baik dan yang penuh roh dan hikmat untuk melayani orang miskin (Kisah 6:3). Para rasul menganggap penting untuk memperhatikan dan melayani orang miskin (diakonia) karena ternyata pelayanan terhadap orang miskin adalah suatu hal penting. Mereka merasa tidak puas karena mereka telah melalaikan Firman Allah untuk melayani meja (Kisah 6:2).

C.  Lingkupan Misi Holistik
Pemberitaan Injil yang efektif merupakan pebritaan Injil yang berangkat dari relasi yang luas dalam suatu kebiasaan (budaya) tertentu. Relasi merupakan hal yang terpenting untuk dapat memasukan suatu penerimaan bagi keberadaan pemberita Injil. Pemberita Injil yang memilki relasi dan komunikasi yang sehat pasti sangat mudah untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan dia berada. Membangun relasi bukan hanya sekedar pada satu aspek kehidupan atau suatu kelompok tertentu namun dapat dilakukan secara universal memasuki lapisan masyarakat umum  dan jemaat  secara Khusus. Misi yang dilakukan secara holistik dapat dilakukan secara Umum, Lokal/kelompok, dan pribadi.
1.    Umum
Misi yang dilakukan secara umum tidak terbatas hanya pada jemaat atau kelopok tertentu, tetapi secara umum dikerjakan oleh pembawa misi dalam kerjasama sosial yang dilakukan berdasarkan kebiasaan masyakat yang ditempati. Misi holistk yang dilakukan secara umu ini dapat dilakukan dalam dunia pendidikan, perekonomian, pertanian, perkebunan dan pemanfaatan SDM dan SDA lain. Dengan melihat potensi SDM dan SDA, maka secara umum dapat dibuat suatu inovasi yang dapat membawa paradigma masyakat dalam kebersamaan melakukan kegiatam untuk kebutuhan bersama. Misalnya membuat MCK Umum dalam masyarakat, membuat sumur atau saluran air bersih bagi penduduk, dan hal yang lain yang terlihat menjadi kebutuhan masyarakat secara umum.
2.    Lokal/ Kelompok
Lingkupan misi yang Allah tanamkan sangat luas sifatnya, namun allah memberikan hikmat bagi nana-anak-Nya untuk berhikmat dalam memlhat jankauan maksimalitas pelayanan pemberitaan Injl.  Pergerakan misi holistik dapat dimaksimalitas dengan melihat kualitas dari pelayanan yang dilakukan secara umum. Dalam pelaksanaan misi holistik lokal/kelompok dapat dilakukan pada kelompok jemaat tempat melayani. Praktikal pelayanan holistik dijalankan dalam melihat kebutuhan jemaat dalam ruang lingkup gereja atau kelompok yang sedang dibina. Praktikal pelayanan ini bisa lebih efektif daripada melakukan misi dalam lingkupan umum. Pelayanan Misi Holistik lokal/kelompok dapat dilakukan dengan melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan oleh kelompok disertai menanamkan pesan Injil didalamnya. Misalnya membantu kelompok dalam membudidayakan tanaman atau pergerakan yang menunjang kebutuhan dalam  perekonomian kelompok. Contoh : tanam sayuran, peternakan, perikanan dan bentuk kegiatan lain. Dari pelaksanaan ini dapat disertai dengan menanamkan nilai Injil secara utuh dalam pergerakan kerjasama kelompok.
3.    Pribadi
Realisasi pelayanan holistik akan lebih sempit dan akan lebih mudah bila dapat dilakukan secara pribadi demi pribadi. Dalam interaksi pribadi, begitu banyak peluang untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya. Dengan kita tahu apa yang menjadi kebutuhan pribadi orang yang berkomunikasi dengan pembawa misi maka akan mudah menerapkan misi secara holistik. Cara pelaksanan misi dalam lingkupan ini menyesuaikan hasil ofsevasi aatau data yang telah diperoleh, dengan demikian misi holistik dapat sesuaikan dengan situasi dan kondidisi pribadi yeng menjadi sasaran. 

KRONOLOGI MISI HOLISTIK DALAM LADANG BERPINDAH

A.      Peletakan Batu pertama
Budaya Ladang Bepindah dalam suku dayak Ensilat selalu diawali dengan peletakan batu pertama. Peletakan batu pertama pada lahan yang akan diolah menjadi ladang adalah tanda bahwa kawasan itu akan diolah sampai pada memperoleh hasil (panen). Dalam peletakan batu pertama biasanya dilakukan oleh pemilik lahan seorang diri kecuali ada teman yang mau membantu dia dalam survei lahan. 
Dengan situasi ini penulis melihat kesempatan yang dapat digunakan oleh pembawa misi untuk bersama membantu dalam peletakan batu pertama. Bentuk holistik dalam bagian ini adalah bukan hanya ikut membantu tetapi bisa memulai peletakan batu pertama dengan doa Iman Kristen. Doa merupakan hal yang penting bagi umat Allah. Baik dalam PL maupun dalam PB doa adalah komunikasi langsung umat Allah yang mencakup penagagungan, pujian, permohonan, pegakuan dan pengucapan syukur. Doa yang dimaksud bukan untuk memaksa untuk Allah bertindak, tetapi sebagai memohon agar jadilah kehendak Allah dan datanglah kerajaan-Nya.1 Dengan melakukan doa, maka misi Allah yang kita bawa bisa bertahap kita sampaikan bahwa apapun yang kita lakukan.

B.       Pembersihan Lahan
Kelanjutan dari peletakan batu pertama adalah pembersihan lahan. Pada umumnya pembersihan lahan ini dlakukan dalam kerjasama atau kelompok. Kegiatan ini  dikenal dengan bahsa daerahnya Beduruk Nebas ( kerjasama) namun dalam bentuk utang-piutang yang hitung secara harian. Kegiatan ini dilakukan oleh putra-putri (bapak/ibu). Dengan kerjasama bagian ini penulis juga melihat semakin besar peluang holistik yang dapat dikembangkan dalam kebersamaan dengan kelompok. Norman E. Thomas, dalam bukunya yang berjudul Teks-teks Klasik Tentang Misi dan Kekristenan Sedunia menyatakan” tindakan sosial evangelikal akan mencakup, seberapa mungkin kesaksian tentang Yesus Kristus.”2 artinya bahwa dalam menjalin akan interaksi sosial maka sebagi pepmabawa misi Allah sampaikan kesaksian kita tentang Allah yang hidup dalam Kristus Yesus.

C.  Penebangan
Penebangan lahan ladang berpindah dilakukan  dua minggu atau saatu bulan setelah pembersihan awal. Kerja dalam penebangan ini juga selalu dilakukan dengan gotong-royong. Setelah penebangan selesai dilakukan maka dibiarkan kering sampai beberapa minggu bahkan beberapa bulan samapai siap untuk dibakar.

D.  Penanaman Benih
Setelah dilakukan pembakaran, dibiarkan beberapa hari sampai sudah siap untuk ditanami benih padi. Acara penanaman padi ini disebut Gawai Nugal (tanam benih bersama). Dalam kegiatan ini maka dapat satu kampung ikut bekerjasama. Dalam kegiatan ini sangat besar untuk dapat menyatakan akan pemberitaan Injil secara holistik. Peluang dalam memberitakan Injil dalam kegiatan gawai nugal ini sangat banyak dan sangat besar yaitu melalui interaksi dan komunikasi bersama. Setelah penanaman ini tinggal langkah pemeliharaan sampai menunggu masa panen.
Dalam kronologi  atau tahapan Ladang Berpindah yang dijabarkan diatas, merupakan peluang besar bagi seorang pembawa Misi Allah secara holistik untuk memyanpaikan dan menyaksikan akan kasih karunia Allah yang menyelamatkan dalam Kristus Yesus. Misi Allah tidak akan lengkap bila tidak memperhitungkan interaksi yang terus menerus anatara Injil dengan hidup manusia yang konkret, baik dalam kehidupan pribadi terlebih juga dalam hidup siosial.3

RELEVANSI MISI HOLISTIK DALAM BUDAYA LADANG BERPINDAH BAGI PEKABARAN INJIL MASA KINI


A.    Interaksi sosial
Kebanyakan orang beranggapan dan mempraktekkan pelayanan holitik sebagai bagian dari penginjilan, atau dilakukan dengan tujuan penginjilan dimana akhirnya bisa menjadi penginjilan terselubung, padahal seharusnya penginjilan itulah yang justru merupakan bagian dari pelayanan holistik. Kalau kita melayani hanya sebagai umpan agar ikan-ikan mau mengigit kail kita, maka secara etis teologis tindakan ini tidak jujur, tidak murni. Mengabarkan Injil adalah upaya melayankan kabar kesukaan ihwal Yesus Kristus kepada seseorang dengan sedemikian rupa sehingga berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus.1

B.     Tujuan Misi  holistik
Melihat pekerjaan Allah yang begitu sempurna ini sungguh bahwa misi merupakan hal yang berasal dari Allah. Allah rindu manusia untuk memuliakan-Nya. Manusia seharusnya menjadi rekan sekerja Allah yaitu memantulkan akan berita yang Dia sendiri sampaikan memlalui Firman-Nya yang hidup dalam Yesus Kristus dan dalam Firman yang tertulis (Alkitab). Maka dari itu setiap orang percaya harus menjadi penyalur akan misi Allah. Sasaran hidup yang penting disadari dalam mewujudkan akan misi Allah yaitu iman dan pengharapan suatu dunia yang baru yaitu yang diubah dan ditebus sehingga menjadi tempat berdiam dalam kesempurnaan kekudusan.
            Misi Allah yang dilasanakan secara holistik merupakan tindakan efektif dalam memasuki budaya yang mungkin susah untuk menerima inovasi baru terutama dalam pemahaman teologis. Allah memegang janji kasih karunia-Nya kepada manusia, sebab itu Yesus datang dengan kasih karunia dan kebenaran
( Yoh. 1:1-14; Filp. 2:5-8).2 Tujuan akhir dari misi adalah penanaman gereja baru, hal ini menyatakan kelompok pertama yang memperlihatkan bahwa iman mereka mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat mewujudkannya dalam persekutuan dan kesaksian dan kasih Allah.

C.    Penerapan Misi pada kehidupan masyarakat
Maksud Allah yang pertama ialah menjadikan manusia pada umumnya sebagai pengemban mandat penatalayanan, yaitu untuk mewakili Allah memerintah dan mewakili bumi dengan segala isinya.3 Dengan hal ini, Manusia bukan hanya Allah jadikan untuk menciptakan hubungan keluarga atau berkembang bertambah banyak begitu saja namun Allah mengharapkan agar manusia mengabdikan segala sesuatu potensi dibumi untuk Dia dan memelihara serta mengelolanya untuk memuliakan Dia yaitu untuk memenuhi panggilan atau maksud ilahi. Allah mempercayakan masa depan bumi kepada kekuasaan manusia,  namun ketika manusia jatuh kedalam dosa (Kejadian 3) maka rancangan sempurna Allah dalam manusia hancur atau rusak.
 Dengan kehancuran yang disebabkan oleh manusia terhadap diri sendiri maka seolah-olah rancangan Allah yang sempurna bagi dunia ini menjadi hancur total. Manusia dengan Allah mengalami keterputusan akan hubungan karenaa dosa. Dengan usaha manusia tidak dapat membawa pemulihan relasi dengan Allah. Kasih Allah sungguh sempurna bagi dunia ini dengan ketidakmungkinan akan pemulihan  Allah yang Maha kasih sehingga Dia sendiri yang datang dalam dunia dalam rupa manusia yaitu dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus sendiri bekerja untuk memulihkan bumi kepada tempat dan fungsinya yang sempurna. Kesempurnaan itu akan terjadi ketika Dia datang kembali kedalam dunia ini. Dengan kesadaran akan kasih Allah yang telah terbukti itu maka haruslah kesadaran akan misi diterapkan secara holistik.
Melihat pekerjaan Allah yang begitu sempurna ini sungguh bahwa misi merupakan hal yang berasal dari Allah. Allah rindu manusia untuk memuliakan-Nya. Manusia seharusnya menjadi rekan sekerja Allah yaitu memantulkan akan berita yang Dia sendiri sampaikan memlalui Firman-Nya yang hidup dalam Yesus Kristus dan dalam Firman yang tertulis (Alkitab). Maka dari itu setiap orang percaya harus menjadi penyalur akan misi Allah. Sasaran hidup yang penting disadari dalam mewujudkan akan misi Allah yaitu iman dan pengharapan suatu dunia yang baru yaitu yang diubah dan ditebus sehingga menjadi tempat berdiam dalam kesempurnaan kekudusan.
Misi Allah merupakan tugas saya yang Allah telah percayakan untuk dapat saya lakukan dengan penyertaan dan pertolongan-Nya. Firman Allah dalam kejadian 1:28, bukan hanya berlaku bagi Adam dan Hawa namun Firman ini berlaku bagi saya dan tetap  diperdengarkan sepanjang zaman untuk pekerjaan kerajaan Allah. Allah rindu pakai hidup orang percaya menjadi pengelola akan ciptaan-Nya yang lain. Kalau Tuhan yang punya rencana tidak ada satupun dapat membuat misi  Allah menjadi terhalang. Pelayan Misi yang holoistik dipakai Allah untuk menembus tembok-tembok budaya yang memisahkan manusia dari dosa.

  Kesimpulan
Pelayanan Kristen tidak dapat lain harus merupakan pelayanan yang holistik karena hal ini bertolak dari teladan Sang Pelayan Agung, Yesus Kristus, Allah yang telah menjadi manusia yang penuh (Allah seutuhnya dan manusia seutuhnya). Yesus adalah teladan dari manusia yang holistik, Allah yang memperhatikan dan menghormati kemanusiaan yang penuh dari manusia.
Jika Yesus Kristus yang adalah Tuhan kita telah melakukan pelayanan yang holistik, maka mau tidak mau kita yang menyebut diri anak-anak Alla dan pelayan Tuhan, harus juga berbuat yang sama yaitu melakukanpelayanan yang holistik didalam dan melalui gereja kita. Kemuliaan hanya bagi Dia. Pelayanan Holistik sungguh efektif ketika dapat berinteraksi dengan masyarakat dalam bentuk sosial yaitu melalui pekerjaan yang dilakukan daerah tempat melayani.

B.  Saran
Besar harapan penulis melalui makalah ini dapat membantu pembaca untuk dapat melakukan pelayanan yang holistik secara khusus dalam konteks ladang berpindah di kalimantan. Lakukan pelayanan penginjlan dengan terus melihat pesan Injil yang murni dan jadikam interaksi sosial dapat sebagai jembatan mendaratnya Injil kekuatan Allah yang menyelamatkan.





[1] John Ruck, dkk. Jemaat Misioner (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina  Kasih, 2011) 18
[2] Adrianus. Diktat Misi Holistik ( Palalangon: PT Rindu Jiwa, 2013) 1
[3] J. Andrew Kirk. Apa Itu Misi (Jakarta: Gunung Mulia, 2012) 22
[4] PDF Misi Holistik (Palalangon, 12 Maret 2013)
[5] Darmawijaya, Pentateuch atau Taurat Musa (Yogyakarta, 1992)56
[6] Ibid PDF
1 W.R.F. Browning. Kamus Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 2012) 82
2 Norman E. Thomas. Teks-teks Klasik Tentang Misi dan Kekristenan Sedunia (Jakarta: Gunung Mulia, 2009) 199
3 Ibid (206)
1 David W. Ellis. Metode Penginjilan ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011) 114
2  James Chang- Hua Ha. Strategi Penanaman Gereja ( Singapor: Sim East Asia, 2002) 4
3 John Ruck, DKK. Jemaat Misioner (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011) 132